Friday, 16 September 2011

Madyan Part 2



Note: All English verses are translations of the meanings of the Qur'an which was revealed in Arabic

God Almighty says in the Holy Quran: "By Time, Indeed, mankind is in loss, Except for those who have believed and done righteous deeds and advised each other to truth and advised each other to patience." 

Firman Allah Ta’ala: ‘Demi Masa! Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh, dan mereka pula berpesan-pesan dengan kebenaran serta berpesan-pesan dengan sabar’. (Qur'an, Al-Asr 103)






















Nabi Allah Syu'aib Alayhis Sallam. Kisah Para Nabi dan Rasul dalam Al-Quran. Dakwah Nabi Allah Syu'aib Alayhis Sallam

Syu'aib (Shuayb, Shuaib, Shuaib, Syuaib) artinya "Yang Menunjukkan Jalan Kebena-ran" Allah mengutus Nabi Allah Syu'aib Alayhis Sallam kepada penduduk Madyan yang berada di bagian barat laut Hijaz, tepatnya di daerah Al-Bada'.

Allah berfirman:


"Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Madyan saudara mereka, Syuaib. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, Tidak ada ilah (sembahan) bagimu selainNya.

Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya.

Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman". "Dan janganlah kamu duduk di tiap-tiap jalan dengan menakuti-nakuti dan menghalang-halangi orang yang beriman dari jalan Allah, dan menginginkan agar jalan Allah itu menjadi bengkok.

Dan ingatlah di waktu dahulunya kamu berjumlah sedikit, lalu Allah memperbanyak jumlah kamu. Dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan." (Surah Al-A'raf 7: Ayat 85-86).

Penduduk Madyan adalah orang-orang pandai berdagang dan bertani. Hanya saja mereka sering menipu dan licik dalam berinteraksi terhadap sesama.

Jika membeli barang milik orang lain, mereka minta agat takaran atau timbangannya dilebihkan dari ukuran hak mereka. Sebaliknya, jika menjual, mereka akan berlaku curang dan mengurangi timbangan atau takaran yang menjadi hak orang lain.
Nabi Syu'aib melarang mereka melakukan perbuatan tersebut dan mengingatkan akibat dari perbuatan tercela itu. Namun, mereka tidak mengindahkannya sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an,

"Wahai nenek moyang kami atau melarang kami mengelola harta kami menurut cara yang kami kehendaki?. Sesungguhnya engkau benar-benar orang yang sangat penyantun dan pandai." (QS. Hud 11: Ayat 87).


Penduduk Madyan telah menempuh jalan2 sesat, menyekutukan Allah, mengancam Nabi Syu'aib dan orang-orang yang beriman dengan siksaan serta pengusiran. Hal ini sebagaimana terekam dalam Al-Qur'an,

"Pemuka-pemuka yang menyombongkan diri dari kaum Sy'uaib "Sesungguhnya kami akan mengusir kamu hai Syu'aib dan orang-orang yang beriman bersamamu dari negeri kami, kecuali kamu kembali kepada agama kami". Berkata Syuaib: "Dan apakah (kamu akan mengusir kami), kendatipun kami tidak menyukainya?" (Surah Al-A'raf 7: Ayat 88).

Kemudian berlakulah Sunatullah terhadap orang-orang yang zhalim setelah mereka tetap dalam kebatilannya dan berada pada jalan yang sesat. Allah berfirman,

"Pemuka-pemuka dari kaumnya (Syu'aib) yang kafir berkata (kepada sesamanya): "Sesungguhnya jika kalian mengikuti Syu'aib, tentu kamu jika berbuat demikian (menjadi) orang-orang yang merugi'.

Kemudian mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di dalam rumah-rumah mereka, (yaitu) orang-orang yang mendustakan Syu'aib seolah-olah mereka belum pernah berdiam di kota itu; orang-orang yang mendustakan Syu'aib mereka itulah orang-orang yang merugi.

Maka Syu'aib meninggalkan mereka seraya berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu amanat-amanat Tuhanku dan aku telah memberi nasehat kepadamu. Maka bagaimana aku akan bersedih hati terhadap orang-orang yang kafir?" (Surah Al-A'raf 7: Ayat 90-93).

Lalu Allah mengutus Nabi Syu'aib kepada Ashabul Aikah (Penduduk Aikah) di daerah Tabuk. Demikianlah menurut riwayat sejarawan yang paling kuat. Allah berfirman, "Penduduk Aikah telah mendustakan rasul-rasul; ketika Syuaib berkata kepada mereka: "Mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepada kalian. maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku," (QS. Asy-Syu'ara 26: Ayat 176-179).

Kata Al-Aikah bermakna semak belukar yang melilit pepohonan. Bentuk jamaknya adalah Aik. Mereka pun mulai menyembah Aikah tersebut dan tidak menyembah Allah. Disamping itu, mereka juga selalu berbuat curang dalam timbangan dan takaran. Nabi Allah Syu'aib Alayhis Sallam selalu mengingatkan mereka tentang akibat dari perbuatan tersebut, tetapi mereka selalu menentangnya.

Kisah ini terakam dalam firman Allah,


"Mereka berkata: "Sesungguhnya kamu adalah salah seorang dari orang-orang yang kena sihir, dan kamu tidak lain melainkan seorang manusia seperti kami, dan sesungguhnya kami yakin bahwa kamu benar-benar termasuk orang-orang yang berdusta. Maka jatuhkanlah atas kami gumpalan dari langit, jika kamu termasuk orang-orang yang benar. Syu'aib berkata:

"Tuhanku lebih mengetahui apa yang kamu kerjakan". Kemudian mereka mendustakan Syu'aib, lalu mereka ditimpa adzab pada hari mereka dinaungi awan. Sesungguhnya adzab itu adalah adzab hari yang besar.

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah), tetapi kebanyakan mereka tidak beriman. Dan sungguh, Rabbmu Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang ," (Surah Asy-Syu'ara 26: Ayat 185-191).

Ringkasan Kisah Syu'aib . . .

Syu'aib ditetapkan oleh Allah untuk menjadi seorang Nabi yang tinggal di timur Gunung Sinai kepada kaum Madyan dan Aikah. Yaitu kaum yang tinggal di pesisir Laut Merah di tenggara Gunung Sinai.

Masyarakat tersebut disebut karena terkenal perbuatan buruknya yang tidak jujur dalam timbangan dan ukuran. Mereka menyembah berhala bernama Aikah, yaitu sebidang tanah gurun yang ditumbuhi pepohonan.

Nabi Allah Syu'aib Alayhis Sallam memperingatkan perbuatan mereka yang jauh dari ajaran agama, namun kaumnya tak menghiraukannya. Nabi Allah Syu'aib Alayhis Sallam  menceritakan pada kaumnya kisah-kisah utusan-utusan Allah terdahulu yaitu kaum Nuh, Hud, Shaleh, dan Luth yang paling dekat dengan Madyan yang telah dibinasakan Allah karena enggan mengikuti ajaran Nabi. Namun, mereka tetap enggan. Akhirnya, Allah menghancurkan kaum Madyan dengan bencana.

Ketika berdakwah bagi kaum Madyan, Nabi Allah Syu'aib Alayhis Sallam menerima ejekan masyarakat yang tidak mau menerima ajarannya karena mereka enggan meninggalkan sesembahan yang diwariskan dari nenek moyang kepada mereka. Namun, Nabi Allah Syu'aib Alayhis Sallam tetap sabar dan lapang dada menerima cobaan tersebut.

Ia tidak pernah membalas ejekan mereka dan tetap berdakwah. Bahkan, dakwahnya semakin menggugah hati dan akal. Dalam berdakwah kadang ia memberitahukan bahwa dia sebenarnya sedarah dengan mereka.

Hal ini memiliki tujuan agar kaumnya mau menuju jalan kebenaran. Karena itulah ia diangkat menjadi Rasul Allah yang diutus bagi kaumnya sendiri. Nabi Allah Syu'aib Alayhis Sallam yang saat itu memiliki beberapa pengikut, mulai mendapat ejekan kasar dari kaum lain. Bahkan ada yang menganggapnya sebagai penyihir dan pesulap ulung.

Allah menimpakan azab melalui beberapa tahap. Kaum Madyan pada awalnya diberi siksa Allah melalui udara panas yang membakar kulit dan membuat dahaga. Saat itu, pohon dan bangunan tidak cukup untuk tempat berteduh mereka. Namun, Allah memberikan gumpalan awan gelap untuk kaum Madyan.

Kaum Madyan pun menghampiri awan itu untuk berteduh sehingga mereka berdesak-desakan dibawah awan itu. Hingga semua penduduk terkumpul, Allah menurunkan petir dengan suaranya yang keras di atas mereka. Saat itu juga Allah menimpakan gempa bumi bagi mereka, menghancurkan kota dan kaum Madyan.

Makam Syu'aib terpelihara dengan baik di Yordania yang terletak 2 km barat kota Mahis dalam kawasan yang disebut Wadi Syu'aib. Situs lain yang dikenal sebagai makam Syu'aib terletak di dekat Horns of Hattin di Lower Galilee.

Kisah Syu'aib dalam Al-Qur'an . . .

Di dalam Al-Quran, nama Syu'aib, disebutkan sebanyak 19 kali, yaitu:

Surat Al A'Raaf 7: ayat 85, 88, 90, 92, dan 93.

Surat Huud (Hud) 11: ayat 84, 85, 87, 88, 91, 92, dan 94

Surat Asy Syu'araa 26: ayat 177, 188, dan 189

Surat Al-Qashash (Al-Qasas) 28 : ayat 25 dan 27

Surat Al-'Ankabuut (Al-'Ankabut) 29: ayat 36 dan 37

Pada Surat Al A'Raaf 7: ayat 85-88, Firman Allah Taala:

Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Madyan saudara mereka, Syuaib. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selainNya. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu.

Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya.

Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman". Dan janganlah kamu duduk di tiap-tiap jalan dengan menakuti-nakuti dan menghalang-halangi orang yang beriman dari jalan Allah, dan menginginkan agar jalan Allah itu menjadi bengkok.

Dan ingatlah di waktu dahulunya kamu berjumlah sedikit, lalu Allah memperbanyak jumlah kamu. Dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan.

Jika ada segolongan daripada kamu beriman kepada apa yang aku diutus untuk menyampaikannya dan ada (pula) segolongan yang tidak beriman, maka bersabarlah, hingga Allah menetapkan hukumnya di antara kita; dan Dia adalah Hakim yang sebaik-baiknya.

Pemuka-pemuka dan kaum Syuaib yang menyombongkan dan berkata: "Sesungguhnya kami akan mengusir kamu hai Syuaib dan orang-orang yang beriman bersamamu dari kota kami, atau kamu kembali kepada agama kami". Berkata Syuaib: "Dan apakah (kamu akan mengusir kami), kendatipun kami tidak menyukainya?"

Pada Surat Al A’Raaf 7: ayat 89-93, Firman Allah Taala:

Sungguh kami mengada-adakan kebohongan yang benar terhadap Allah, jika kami kembali kepada agamamu, sesudah Allah melepaskan kami dari padanya. Dan tidaklah patut kami kembali kepadanya, kecuali jika Allah, Tuhan kami menghendaki (nya). Pengetahuan Tuhan kami meliputi segala sesuatu. Kepada Allah sajalah kami bertawakkal. Ya Tuhan kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan hak (adil) dan Engkaulah Pemberi keputusan yang sebaik-baiknya.

Pemuka-pemuka kaum Syuaib yang kafir berkata (kepada sesamanya): "Sesungguhnya jika kamu mengikuti Syuaib, tentu kamu jika berbuat demikian (menjadi) orang-orang yang merugi". Kemudian mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di dalam rumah-rumah mereka, (yaitu) orang-orang yang mendustakan Syuaib seolah-olah mereka belum pernah berdiam di kota itu; orang-orang yang mendustakan Syuaib mereka itulah orang-orang yang merugi.

Maka Syuaib meninggalkan mereka seraya berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu amanat-amanat Tuhanku dan aku telah memberi nasehat kepadamu. Maka bagaimana aku akan bersedih hati terhadap orang-orang yang kafir?"

Pada Surat Hud 11: ayat 84-90, Firman Allah Taala:

Kepada (penduduk) Madyan (Kami utus) saudara mereka, Syuaib. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain Dia. Dan janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan, sesungguhnya aku melihat kamu dalam keadaan yang baik (mampu) dan sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan azab hari yang membinasakan (kiamat)." Dan Syuaib berkata:

"Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan. Sisa (keuntungan) dari Allah adalah lebih baik bagimu jika kamu orang-orang yang beriman.

Dan aku bukanlah seorang penjaga atas dirimu" Mereka berkata: "Hai Syuaib, apakah shalatmu menyuruh kamu agar kami meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami atau melarang kami memperbuat apa yang kami kehendaki tentang harta kami.

Sesungguhnya kamu adalah orang yang sangat penyantun lagi berakal." Syuaib berkata: "Hai kaumku, bagaimana fikiranmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan dianugerahiNya aku dari padaNya rezeki yang baik (patutkah aku menyalahi perintah-Nya)?

Dan aku tidak berkehendak menyalahi kamu (dengan mengerjakan) apa yang aku larang. Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepadaNya-lah aku kembali.

Hai kaumku, janganlah hendaknya pertentangan antara aku (dengan kamu) menyebabkan kamu menjadi jahat hingga kamu ditimpa azab seperti yang menimpa kaum Nuh atau kaum Hud atau kaum Shaleh, sedang kaum Luth tidak (pula) jauh (tempatnya) dari kamu. Dan mohonlah ampun kepada Tuhanmu kemudian bertaubatlah kepadaNya. Sesungguhnya Tuhanku Maha Penyayang lagi Maha Pengasih.

Pada Surat Hud 11: ayat 91-94, Firman Allah Taala:

Mereka berkata: "Hai Syuaib, kami tidak banyak mengerti tentang apa yang kamu katakan itu dan sesungguhnya kami benar-benar melihat kamu seorang yang lemah di antara kami; jika tidaklah karena keluargamu tentulah kami telah merajam kamu, sedang kamupun bukanlah seorang yang berwibawa di sisi kami." Syuaib menjawab:

"Hai kaumku, apakah keluargaku lebih terhormat menurut pandanganmu daripada Allah, sedang Allah kamu jadikan sesuatu yang terbuang di belakangmu?. Sesungguhnya (pengetahuan) Tuhanku meliputi apa yang kamu kerjakan." Dan (dia berkata): "Hai kaumku, berbuatlah menurut kemampuanmu, sesungguhnya aku pun berbuat (pula).

Kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa azab yang menghinakannya dan siapa yang berdusta. Dan tunggulah azab (Tuhan), sesungguhnya aku pun menunggu bersama kamu." Dan tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Syuaib dan orang-orang yang beriman bersama-sama dengan dia dengan rahmat dari Kami, dan orang-orang yang zalim dibinasakan oleh satu suara yang mengguntur, lalu jadilah mereka mati bergelimpangan di rumahnya.


Pada Surah Asy Syu'araa 26: ayat 177, 188, dan 189, Firman Allah Taala:

Surah 26 Ayat 177: ketika Syuaib berkata kepada mereka: "Mengapa kamu tidak bertakwa?,

Surah 26 Ayat 188: Syuaib berkata: "Tuhanku lebih mengetahui apa yang kamu kerjakan".

Surah 26 Ayat 189: Kemudian mereka mendustakan Syuaib, lalu mereka ditimpa 'azab pada hari mereka dinaungi awan. Sesungguhnya azab itu adalah 'azab hari yang besar.

Pada Surat Al-Qashash (Al-Qasas) 28: ayat 25 dan 27, Firman Allah Ta'ala:

Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan kemalu-maluan, ia berkata: "Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberikan balasan terhadap (kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami".

Maka tatkala Musa mendatangi bapaknya (Syuaib) dan menceritakan kepadanya cerita (mengenai dirinya), Syuaib berkata: "Janganlah kamu takut. Kamu telah selamat dari orang-orang yang zalim itu". Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya".

Berkatalah dia (Syuaib): "Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, maka aku tidak hendak memberati kamu. Dan kamu Insya Allah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik".

Pada Surat Al-'Ankabuut 29: ayat 36 dan 37, Firman Allah Ta'ala:

Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Madyan, saudara mereka Syuaib, maka ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah olehmu Allah, harapkanlah (pahala) hari akhir, dan jangan kamu berkeliaran di muka bumi berbuat kerusakan". Maka mereka mendustakan Syuaib, lalu mereka ditimpa gempa yang dahsyat, dan jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat-tempat tinggal mereka.


Rujukan . . .

Sami bin Abdullah bin Ahmad Al-Maghluts, Atlas Sejarah Para Nabi dan Rasul, Mendalami Nilai-nilai Kehidupan yang Dijalani Para Utusan Allah, Obeikan Riyadh, Almahira 2008.

Dr. Syauqi Abu Khalil, Atlas Al-Quran, Membuktikan Kebenaran Fakta Sejarah yang Disampaikan Al-Qur'an secara Akurat disertai Peta dan Foto, Dar al-Fikr Damaskus, Almahira 2008. Ibnu Katsir, Qishashul Anbiyaa', hlm 24. Ibnu Asakir, Mukhtashar Taarikh Damasyaqa, IV/224. Ats-Tsa'labi, Qishashul Anbiyaa' (Al-Araa'is), hlm 36. Tim DISBINTALAD (Drs. A. Nazri Adlany, Drs. Hanafi Tamam, Drs. A. Faruq Nasution), Al-Quran 2004. Departemen Agama RI, Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir Al-Quran, Syaamil Al-Quran Terjemah PerKata, Syaamil International, 2007. 

Alquran.bahagia.us, keislaman.com, dunia-islam.com, Al-Quran web, PT. Gilland Ganesha, 2008. Muhammad Fu'ad Abdul Baqi, Mutiara Hadist Shahih Bukhari Muslim, PT. Bina Ilmu, 1979. Al-Hafizh Zaki Al-Din 'Abd Al-'Azhum Al Mundziri, Ringkasan Shahih Muslim, Al-Maktab Al-Islami, Beirut, dan PT. 2008. M. Nashiruddin Al-Albani, Ringkasan Shahih Bukhari, Maktabah Al-Ma'arif, Riyadh, dan Gema Insani, Jakarta, 2008. Al-Bayan, Shahih Bukhari Muslim, Jabal, 2008. Muhammad Nasib Ar-Rifa'i, Kemudahan dari Allah, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Maktabah al-Ma'arif, Riyadh, dan Gema Insani, 1999.




SOLUTION: *Poverty Killer *Recession Killer  *Global Peace 
Be the First! JOIN 1WORLDCommunityForYOURCountry
Remember: 'U' Do Not Ask WHY 'U' Ask Why Not'

Madyan Part I


Note: All English verses are translations of the meanings of the Qur'an which was revealed in Arabic

God Almighty says in the Holy Quran: "By Time, Indeed, mankind is in loss, Except for those who have believed and done righteous deeds and advised each other to truth and advised each other to patience." 

Firman Allah Ta’ala: ‘Demi Masa! Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh, dan mereka pula berpesan-pesan dengan kebenaran serta berpesan-pesan dengan sabar’. (Qur'an, Al-Asr 103)


 

M a d y a n . . . 

Madyan (Arab: مدين, bahasa Ibrani: מִדְ×™ָן) adalah sebuah tempat geografis yang disebutkan di dalam Injil dan Al-Qur'an. Madyan terletak disebelah barat laut Hijaz dipantai timur dari Teluk Aqaba dan kearah utara Laut Merah, tepatnya di daerah al-Bada'.

Negeri Madyan diambil dari nama Madyan bin Ibrahim, dari istrinya yang bernama Katurah,  kemudian menjadi nama kabilah yang terdiri dari keturunan anak cucu Madyan itu.

Katurah binti Yaqthan lahir 6 orang anak, yakni Madyan, Zamran, Saraj, Yaqsyan, Nasyaq, dan yang ke-6 belum sempat diberi nama. Sejarah singkat Bani Israel diambil dari Qishashul Anbiya oleh Ibnu Katsir.

Penduduk Aykah ini ialah kaum Nabi Allah Syu'aib Alayhis Sallam. Aykah adalah tempat yang berhutan di daerah Madyan.

Menurut sejarah Islam, penduduk Madyan telah diutus seorang Nabi sekaligus rasul yang bernama Syu'aib Alayhis Sallam.  Kemudian Nabi Allah Syu'aib bertemu dengan Nabi Allah Musa Alayhis Sallam, ketika Nabi Allah Musa kabur bersembunyi dari kejaran pasukan Fir'aun.

Kemudian Nabi Allah Musa Alayhis Sallam dikisahkan melamar anak gadisnya yang bernama Shafura binti Syu'aib Alayhis Sallam.

Didalam Qur'an penduduk Madyan disebutkan di dalam beberapa surah, di antaranya adalah At-Taubah 70, Al-Hijr 78, Thaha 40, Al-Hajj 44

9:70
Firman Allah Taala: 'Bukankah telah datang kepada mereka berita orang-orang yang terdahulu daripada mereka, iaitu kaum Nabi Nuh dan Aad dan Thamud dan kaum Nabi Ibrahim, dan penduduk negeri Madyan serta negeri-negeri yang telah dibinasakan? (Semuanya) telah datang kepada mereka Rasul-rasul mereka dengan membawa keterangan yang jelas nyata, (lalu mereka mendustakannya dan Tuhan pula membinasakan mereka); Allah tidak sekali-kali menganiaya mereka tetapi merekalah yang menganiaya diri sendiri'. (Surah At Taubah 9: Ayat 70).

15:78

Firman Allah Taala: 'Dan sebenarnya penduduk kampung "Aikah" adalah orang-orang yang berlaku zalim'. (Surah Al-Hijr 15: Ayat 78)

20:40

Firman Allah Taala: "Ketika saudara perempuanmu pergi mencarimu lalu berkata kepada orang-orang yang memungutmu:" Mahukah, aku tunjukkan kamu kepada orang yang boleh memeliharanya?"

Maka dengan jalan itu Kami mengembalikanmu kepada ibumu supaya tenang hatinya dan supaya ia tidak berdukacita kerana bercerai denganmu; dan semasa engkau membunuh seorang lelaki, lalu Kami selamatkan engkau dari kesusahan pembunuhan itu; dan Kami telah melepaskan engkau berkali-kali dari berbagai-bagai cubaan; kemudian engkau tinggal dengan selamat beberapa tahun dalam kalangan penduduk negeri Madyan; setelah itu engkau sekarang datang dari sana pada masa yang telah ditentukan, wahai Musa"! (Surah Thaha 20: Ayat 40)

22:44
Firman Allah Taala: 'Dan juga penduduk Madyan; dan Nabi Musa juga telah didustakan; maka Aku memberi tempoh kepada orang-orang kafir itu, kemudian Aku menimpakan mereka dengan azab seksa. Dengan yang demikian perhatikanlah bagaimana buruknya kesan kemurkaanKu'. (Surah Al-Hajj 22: Ayat 44)


PENDAHULUAN . . .

Firman Allah Taala: 'Bukankah telah datang kepada mereka berita orang-orang yang terdahulu daripada mereka, iaitu kaum Nabi Nuh dan Aad dan Thamud dan kaum Nabi Ibrahim, dan penduduk negeri Madyan serta negeri-negeri yang telah dibinasakan? (Semuanya) telah datang kepada mereka Rasul-rasul mereka dengan membawa keterangan yang jelas nyata, (lalu mereka mendustakannya dan Tuhan pula membinasakan mereka); Allah tidak sekali-kali menganiaya mereka tetapi merekalah yang menganiaya diri sendiri'. (Surah At Taubah 9: Ayat 70).

Risalah yang ditujukan Allah kepada manusia melalui rasul-rasul-Nya, telah sampai kepada kita sejak penciptaan manusia. Sebagian kaum menerima risalah ini dan sebagian mengingkarinya. Sering kali, dari suatu kaum yang menerima risalah tersebut, hanya sekelompok kecil mengikuti suruhan rasul.

Namun sebagian besar dari masyarakat yang telah didatangi risalah tersebut menolaknya. Mereka tidak hanya mengabaikan risalah yang disampaikan oleh rasul, namun juga berusaha melakukan perbuatan keji terhadap rasul tersebut dan para pengikutnya. Para utusan Allah tersebut biasanya dituduh sebagai "pembohong, tukang sihir, gila, dan sombong", dan pemimpin-pemimpin dari banyak kaum berusaha membunuh mereka.

Yang diinginkan oleh para Nabi dari kaumnya hanyalah kepatuhan mereka kepada Allah. Mereka tidak meminta balasan wang ataupun keuntungan dunia, tidak juga memaksa. Mereka hanya ingin mengajak kaum mereka kepada agama yang hak dan hendak memulai jalan hidup berbeda bersama para pengikutnya, terpisah dari kaum tersebut.

Apa yang telah terjadi antara Nabi Allah Syu'aib Alayhis Sallam dan penduduk Madyan di mana ia diutus, menggambarkan hubungan itu. Reaksi mereka terhadap Nabi Allah Syu'aib Alayhis Salam, yang menyeru agar mereka beriman kepada Allah dan menghentikan semua kecurangan yang mereka lakukan, serta bagaimana akhir semua itu sangatlah menarik:

11:84

11:85

11:86

11:87

11:88

11:89

11:90

11:91

11:92

11:93

11:94

Firman Allah Taala: 'Dan kepada penduduk "Madyan" Kami utuskan saudara mereka: Nabi Syuaib. Ia berkata: "Wahai kaumku! Sembahlah kamu akan Allah! (Sebenarnya) tiada Tuhan bagi kamu selain daripadaNya. Dan janganlah kamu mengurangi sukatan dan timbangan. Sesungguhnya aku melihat kamu berada dalam kemewahan; dan sesungguhnya aku bimbang, kamu akan ditimpa azab hari yang meliputi (orang-orang yang bersalah).

Dan wahai kaumku! Sempurnakanlah sukatan dan timbangan dengan adil dan janganlah kamu kurangkan manusia akan benda-benda yang menjadi haknya, dan janganlah kamu merebakkan bencana kerosakan di muka bumi.

Limpah kurnia Allah kepada kamu lebih baik bagi kamu (daripada yang kamu ambil secara haram itu), jika betul kamu orang-orang yang beriman. Dan aku bukanlah orang yang menjaga dan mengawas perbuatan kamu".

Mereka berkata: "Wahai Syuaib! Adakah sembahyangmu (yang banyak itu) menyuruhmu perintahkan kami supaya meninggalkan apa yang disembah oleh datuk nenek kami, atau supaya kami lakukannya apa yang kami suka melakukannya dalam menguruskan harta kami? Sesungguhnya engkau (wahai Syuaib) adalah orang yang penyabar, lagi bijak berakal (maka bagaimana pula engkau menyuruh kami melakukan perkara yang bertentangan dengan kebiasaan kami)?"

Nabi Syuaib berkata: "Wahai kaumku! Bagaimana fikiran kamu, jika aku berdasarkan bukti yang nyata dari Tuhanku, dan Ia pula mengurniakan daku pangkat Nabi sebagai pemberian daripadaNya, (patutkah aku berdiam diri dari melarang kamu) sedang aku tidak bertujuan hendak melakukan sesuatu yang aku melarang kamu daripada melakukannya? Aku hanya bertujuan hendak memperbaiki sedaya upayaku; dan tiadalah aku akan beroleh taufik untuk menjayakannya melainkan dengan pertolongan Allah. Kepada Allah jualah aku berserah diri dan kepadaNyalah aku kembali.

Dan wahai kaumku! Janganlah permusuhan kamu terhadapku menyebabkan kamu ditimpa bala bencana sebagaimana yang telah menimpa kaum Nabi Nuh, atau kaum Nabi Hud, atau kaum Nabi Soleh. Dan kaum Nabi Lut pun tidaklah jauh dari kamu (kamu sedia mengetahui apa yang telah menimpa mereka).

Dan mintalah ampun kepada Tuhan kamu, kemudian kembalilah taat kepadaNya. Sesungguhnya Tuhanku Maha Mengasihani, lagi Maha Pengasih".

Mereka berkata: "Wahai Syuaib,! kami tidak mengerti kebanyakan dari apa yang engkau katakan itu, dan sesungguhnya kami melihat engkau orang yang lemah dalam kalangan kami; dan jika tidaklah kerana kaum keluargamu, tentulah kami telah melemparmu (dengan batu hingga mati). Dan engkau pula bukanlah orang yang dipandang mulia dalam kalangan kami!"

Nabi Syuaib berkata: "Wahai kaumku! (Mengapa kamu bersikap demikian)? Patutkah kaum keluargaku kamu pandang lebih mulia dari pada Allah serta kamu pula jadikan perintahNya sebagai sesuatu yang dibuang dan dilupakan di belakang kamu? Sesungguhnya Tuhanku Amat Meliputi pengetahuanNya akan apa yang kamu lakukan.

"Dan wahai kaumku, buatlah sedaya upaya kamu (untuk menentang agama Allah yang aku sampaikan itu), sesungguhnya aku juga tetap berusaha dengan bersungguh-sungguh (untuk mengembangkannya). Kamu akan ketahui siapakah yang akan didatangi azab yang menghinakannya, dan siapa pula yang berdusta. Dan tunggulah, sesungguhnya aku juga turut menunggu bersama-sama kamu".

Dan ketika datang (masa perlaksanaan) perintah Kami, Kami selamatkan Nabi Syuaib beserta dengan umatnya yang beriman, dengan rahmat dari Kami; dan orang-orang yang zalim itu dibinasakan oleh letusan suara yang menggempakan bumi, lalu menjadilah mereka mayat-mayat yang tersungkur di tempat masing-masing.

(Mereka punah-ranah) seolah-olah mereka tidak pernah tinggal di situ. Ketahuilah! kebinasaanlah akhirnya bagi penduduk Madyan, sebagaimana binasanya kaum Thamud'. (Surah Hud, 11: Ayat 84-95)

Karena merencanakan untuk "merajam Syu'aib" yang hanya menyeru mereka kepada kebaikan, penduduk Madyan dihukum oleh kemurkaan Allah dan mereka pun dibinasakan sebagaimana disebutkan dalam ayat-ayat di atas.

Penduduk Madyan bukanlah satu-satunya contoh. Sebaliknya, sebagaimana diutarakan Syu'aib ketika berbicara kepada kaumnya, banyak masyarakat sebelum mereka telah dibinasakan. Dan setelah Madyan, banyak masyarakat lain juga dihancurkan oleh kemurkaan Allah.

Pada halaman-halaman berikut, akan diuraikan tentang masyarakat-masyarakat yang telah dibinasakan tersebut dan sisa-sisa peninggalan mereka. Dalam Al Quran, masyarakat-masyarakat ini disebutkan secara terperinci dan manusia diajak untuk merenungkan dan mengambil pelajaran serta peringatan tentang bagaimana kaum-kaum ini berakhir.

Pada titik ini, Al Quran secara khusus menunjukkan kenyataan bahwa sebagian besar dari masyarakat yang dihancurkan tersebut memiliki tingkat peradaban yang tinggi. Di dalam Al Quran, sifat-sifat dari kaum-kaum yang dihancurkan dijelaskan sebagai berikut:

50:36

Firman Allah Taala: "Dan berapa banyakkah umat-umat yang telah Kami binasakan sebelum mereka yang mereka itu lebih besar kekuatannya daripada mereka ini, maka mereka (yang telah dibinasakan itu) telah pernah menjajah di beberapa negeri. Adakah (mereka) mendapat tempat lari (dari kebinasaan)?" (Surah. Qaf, 50: Ayat 36)!

Dalam ayat tersebut, ditekankan secara khusus 2 sifat dari kaum yang telah dihancurkan. Pertama, mereka "lebih besar kekuatannya". Artinya, masyarakat-masyarakat tersebut telah mencapai sistem biro-krasi-ketenteraan yang kuat dan disiplin, dan meraih kekuasaan di wilayah mereka dengan kekuatan. Ke-2, masyarakat-masyarakat itu mendirikan kota-kota besar yang dicirikan dengan karya-karya architecture mereka.

Patut diperhatikan bahwa kedua sifat ini dimiliki oleh peradaban zaman sekarang, yang telah membentuk sebuah kebudayaan dunia yang begitu luas melalui ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, serta telah mendirikan negara-negara yang central, kota-kota besar, namun mengingkari dan mengabaikan Allah, dengan melupakan bahwa semua itu dimungkinkan oleh kekuasan Allah.

Namun, sebagaimana diungkapkan pada ayat di atas, peradaban yang mereka kembangkan tidak dapat menyelamatkan masyarakat-masyarakat tersebut, karena peradaban mereka berlandaskan pengingkaran terhadap Allah. Akhir dari peradaban saat ini pun tidak akan berbeda, selama ia berdasarkan kepada pengingkaran dan perilaku jahat di dunia.

Sejumlah peristiwa penghancuran, beberapa di antaranya diceritakan dalam Al Quran, telah dibenarkan oleh berbagai penelitian arkeologis di zaman modern. Penemuan ini secara jelas membuktikan bahwa peristiwa-peristiwa yang dikutip dalam Al Quran benar-benar pernah terjadi, menjelaskan perlunya "diperingatkan terlebih dahulu" yang banyak digambarkan dalam kisah-kisah Al Quran. Allah berfirman di dalam Al Quran bahwa penting untuk "bepergian di muka bumi" dan "melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka".

"Kami tidak mengutus sebelum kamu, melainkan orang laki-laki yang Kami berikan wahyu kepadanya di antara penduduk negeri. Maka tidaklah mereka bepergian di muka bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka (yang mendustakan Rasul) dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memikirkannya?

Sehingga apabila para Rasul tidak mempunyai harapan lagi (tentang keimanan mereka) dan telah meyakini bahwa mereka telah didustakan, datanglah kepada Rasul itu pertolongan Kami, lalu diselamatkanlah orang-orang yang Kami kehendaki. Dan tidak dapat ditolak siksa Kami daripada orang-orang yang berdosa.

12:109

12:110

12:111

Firman Allah Taala: 'Dan tiadalah Kami mengutus Rasul - sebelummu (wahai Muhammad) melainkan orang-orang lelaki dari penduduk bandar, yang kami wahyukan kepada mereka. Maka mengapa orang-orang (yang tidak mahu beriman) itu tidak mengembara di muka bumi, supaya memerhatikan bagaimana akibat orang-orang kafir yang terdahulu dari mereka? Dan (ingatlah) sesungguhnya negeri akhirat lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Oleh itu, mengapa kamu (wahai manusia) tidak mahu memikirkannya'? (Surah Yusuf, 12: Ayat 109)

(Orang-orang yang mendustakan agama Allah itu telah diberi tempoh yang lanjut sebelum ditimpakan dengan azab) hingga apabila Rasul-rasul berputus asa terhadap kaumnya yang ingkar dan menyangka bahawa mereka telah disifatkan oleh kaumnya sebagai orang-orang yang berdusta, datanglah pertolongan Kami kepada mereka, lalu diselamatkanlah sesiapa yang Kami kehendaki. Dan (ingatlah bahawa) azab Kami tidak akan dapat ditolak oleh sesiapapun daripada menimpa kaum yang berdosa. (Surah Yusuf, 12: Ayat 110)

Demi sesungguhnya, kisah Nabi-nabi itu mengandungi pelajaran yang mendatangkan iktibar bagi orang-orang yang mempunyai akal fikiran. (Kisah Nabi-nabi yang terkandung dalam Al-Quran) bukanlah ia cerita-cerita yang diada-adakan, tetapi ia mengesahkan apa yang tersebut di dalam Kitab-kitab agama yang terdahulu daripadanya, dan ia sebagai keterangan yang menjelaskan tiap-tiap sesuatu, serta menjadi hidayah petunjuk dan rahmat bagi kaum yang (mahu) beriman. (Surah Yusuf, 12: Ayat 111)

Sesungguhnya, terdapat banyak contoh dalam kisah-kisah tentang masyarakat di waktu lampau bagi orang-orang yang dikaruniai kefahaman. Kehancuran mereka, yang disebabkan penentangan mereka terhadap Allah dan penolakan terhadap perintah-perintahNya, mengungkapkan kepada kita betapa lemah dan tidak berdayanya umat manusia di hadapan Allah. Pada halaman-halaman berikut, kita akan mengkaji contoh-contoh tersebut dalam urutan kronologis.



SOLUTION: *Poverty Killer *Recession Killer  *Global Peace 
Be the First! JOIN 1WORLDCommunityForYOURCountry
Remember: 'U' Do Not Ask WHY 'U' Ask Why Not'