Note: All English verses are translations of the meanings of the Qur'an which was revealed in Arabic
God Almighty says in the Holy Quran: "By Time, Indeed, mankind is in loss, Except for those who have believed and done righteous deeds and advised each other to truth and advised each other to patience."
Firman Allah Ta’ala: ‘Demi Masa! Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh, dan mereka pula berpesan-pesan dengan kebenaran serta berpesan-pesan dengan sabar’. (Qur'an, Al-Asr 103)
M a d y a n . . .
Madyan
(Arab: مدين, bahasa Ibrani: מִדְיָן) adalah sebuah tempat geografis yang disebutkan di dalam Injil dan
Al-Qur'an. Madyan terletak disebelah barat laut Hijaz dipantai timur dari Teluk
Aqaba dan kearah utara Laut Merah, tepatnya di daerah al-Bada'.
Negeri
Madyan diambil dari nama Madyan bin Ibrahim, dari istrinya yang bernama
Katurah, kemudian menjadi nama kabilah
yang terdiri dari keturunan anak cucu Madyan itu.
Katurah
binti Yaqthan lahir 6 orang anak, yakni Madyan, Zamran, Saraj, Yaqsyan, Nasyaq,
dan yang ke-6 belum sempat diberi nama. Sejarah singkat Bani Israel diambil
dari Qishashul Anbiya oleh Ibnu Katsir.
Penduduk
Aykah ini ialah kaum Nabi Allah Syu'aib Alayhis Sallam. Aykah adalah tempat
yang berhutan di daerah Madyan.
Menurut
sejarah Islam, penduduk Madyan telah diutus seorang Nabi sekaligus rasul yang
bernama Syu'aib Alayhis Sallam. Kemudian
Nabi Allah Syu'aib bertemu dengan Nabi Allah Musa Alayhis Sallam, ketika Nabi
Allah Musa kabur bersembunyi dari kejaran pasukan Fir'aun.
Kemudian
Nabi Allah Musa Alayhis Sallam dikisahkan melamar anak gadisnya yang bernama
Shafura binti Syu'aib Alayhis Sallam.
Didalam Qur'an penduduk Madyan disebutkan di dalam beberapa surah, di
antaranya adalah At-Taubah 70, Al-Hijr 78, Thaha 40, Al-Hajj 44
Firman Allah Taala: 'Bukankah telah datang kepada
mereka berita orang-orang yang terdahulu daripada mereka, iaitu kaum Nabi Nuh
dan Aad dan Thamud dan kaum Nabi Ibrahim, dan penduduk negeri Madyan serta
negeri-negeri yang telah dibinasakan? (Semuanya) telah datang kepada mereka
Rasul-rasul mereka dengan membawa keterangan yang jelas nyata, (lalu mereka
mendustakannya dan Tuhan pula membinasakan mereka); Allah tidak sekali-kali
menganiaya mereka tetapi merekalah yang menganiaya diri sendiri'. (Surah At
Taubah 9: Ayat 70).
Firman Allah Taala: 'Dan sebenarnya penduduk kampung
"Aikah" adalah orang-orang yang berlaku zalim'. (Surah Al-Hijr 15:
Ayat 78)
Firman
Allah Taala: "Ketika saudara perempuanmu pergi mencarimu lalu berkata
kepada orang-orang yang memungutmu:" Mahukah, aku tunjukkan kamu kepada
orang yang boleh memeliharanya?"
Firman Allah Taala: 'Dan juga penduduk Madyan; dan
Nabi Musa juga telah didustakan; maka Aku memberi tempoh kepada orang-orang
kafir itu, kemudian Aku menimpakan mereka dengan azab seksa. Dengan yang
demikian perhatikanlah bagaimana buruknya kesan kemurkaanKu'. (Surah Al-Hajj
22: Ayat 44)
PENDAHULUAN . . .
Firman
Allah Taala: 'Bukankah telah datang kepada mereka berita orang-orang yang
terdahulu daripada mereka, iaitu kaum Nabi Nuh dan Aad dan Thamud dan kaum Nabi
Ibrahim, dan penduduk negeri Madyan serta negeri-negeri yang telah dibinasakan?
(Semuanya) telah datang kepada mereka Rasul-rasul mereka dengan membawa
keterangan yang jelas nyata, (lalu mereka mendustakannya dan Tuhan pula
membinasakan mereka); Allah tidak sekali-kali menganiaya mereka tetapi
merekalah yang menganiaya diri sendiri'. (Surah At Taubah 9: Ayat 70).
Risalah
yang ditujukan Allah kepada manusia melalui rasul-rasul-Nya, telah sampai
kepada kita sejak penciptaan manusia. Sebagian kaum menerima risalah ini dan
sebagian mengingkarinya. Sering kali, dari suatu kaum yang menerima risalah
tersebut, hanya sekelompok kecil mengikuti suruhan rasul.
Namun
sebagian besar dari masyarakat yang telah didatangi risalah tersebut
menolaknya. Mereka tidak hanya mengabaikan risalah yang disampaikan oleh rasul,
namun juga berusaha melakukan perbuatan keji terhadap rasul tersebut dan para
pengikutnya. Para utusan Allah tersebut biasanya dituduh sebagai
"pembohong, tukang sihir, gila, dan sombong", dan pemimpin-pemimpin
dari banyak kaum berusaha membunuh mereka.
Yang
diinginkan oleh para Nabi dari kaumnya hanyalah kepatuhan mereka kepada Allah.
Mereka tidak meminta balasan wang ataupun keuntungan dunia, tidak juga memaksa.
Mereka hanya ingin mengajak kaum mereka kepada agama yang hak dan hendak
memulai jalan hidup berbeda bersama para pengikutnya, terpisah dari kaum
tersebut.
Apa yang telah terjadi antara Nabi Allah Syu'aib Alayhis Sallam dan
penduduk Madyan di mana ia diutus, menggambarkan hubungan itu. Reaksi mereka
terhadap Nabi Allah Syu'aib Alayhis Salam, yang menyeru agar mereka beriman
kepada Allah dan menghentikan semua kecurangan yang mereka lakukan, serta
bagaimana akhir semua itu sangatlah menarik:
Firman
Allah Taala: 'Dan kepada penduduk "Madyan" Kami utuskan saudara
mereka: Nabi Syuaib. Ia berkata: "Wahai kaumku! Sembahlah kamu akan Allah!
(Sebenarnya) tiada Tuhan bagi kamu selain daripadaNya. Dan janganlah kamu
mengurangi sukatan dan timbangan. Sesungguhnya aku melihat kamu berada dalam
kemewahan; dan sesungguhnya aku bimbang, kamu akan ditimpa azab hari yang
meliputi (orang-orang yang bersalah).
Dan
wahai kaumku! Sempurnakanlah sukatan dan timbangan dengan adil dan janganlah
kamu kurangkan manusia akan benda-benda yang menjadi haknya, dan janganlah kamu
merebakkan bencana kerosakan di muka bumi.
Limpah
kurnia Allah kepada kamu lebih baik bagi kamu (daripada yang kamu ambil secara
haram itu), jika betul kamu orang-orang yang beriman. Dan aku bukanlah orang
yang menjaga dan mengawas perbuatan kamu".
Mereka
berkata: "Wahai Syuaib! Adakah sembahyangmu (yang banyak itu) menyuruhmu
perintahkan kami supaya meninggalkan apa yang disembah oleh datuk nenek kami,
atau supaya kami lakukannya apa yang kami suka melakukannya dalam menguruskan
harta kami? Sesungguhnya engkau (wahai Syuaib) adalah orang yang penyabar, lagi
bijak berakal (maka bagaimana pula engkau menyuruh kami melakukan perkara yang
bertentangan dengan kebiasaan kami)?"
Nabi
Syuaib berkata: "Wahai kaumku! Bagaimana fikiran kamu, jika aku
berdasarkan bukti yang nyata dari Tuhanku, dan Ia pula mengurniakan daku
pangkat Nabi sebagai pemberian daripadaNya, (patutkah aku berdiam diri dari
melarang kamu) sedang aku tidak bertujuan hendak melakukan sesuatu yang aku
melarang kamu daripada melakukannya? Aku hanya bertujuan hendak memperbaiki
sedaya upayaku; dan tiadalah aku akan beroleh taufik untuk menjayakannya
melainkan dengan pertolongan Allah. Kepada Allah jualah aku berserah diri dan
kepadaNyalah aku kembali.
Dan
wahai kaumku! Janganlah permusuhan kamu terhadapku menyebabkan kamu ditimpa
bala bencana sebagaimana yang telah menimpa kaum Nabi Nuh, atau kaum Nabi Hud,
atau kaum Nabi Soleh. Dan kaum Nabi Lut pun tidaklah jauh dari kamu (kamu sedia
mengetahui apa yang telah menimpa mereka).
Dan
mintalah ampun kepada Tuhan kamu, kemudian kembalilah taat kepadaNya.
Sesungguhnya Tuhanku Maha Mengasihani, lagi Maha Pengasih".
Mereka
berkata: "Wahai Syuaib,! kami tidak mengerti kebanyakan dari apa yang
engkau katakan itu, dan sesungguhnya kami melihat engkau orang yang lemah dalam
kalangan kami; dan jika tidaklah kerana kaum keluargamu, tentulah kami telah
melemparmu (dengan batu hingga mati). Dan engkau pula bukanlah orang yang
dipandang mulia dalam kalangan kami!"
Nabi
Syuaib berkata: "Wahai kaumku! (Mengapa kamu bersikap demikian)? Patutkah
kaum keluargaku kamu pandang lebih mulia dari pada Allah serta kamu pula
jadikan perintahNya sebagai sesuatu yang dibuang dan dilupakan di belakang
kamu? Sesungguhnya Tuhanku Amat Meliputi pengetahuanNya akan apa yang kamu
lakukan.
"Dan
wahai kaumku, buatlah sedaya upaya kamu (untuk menentang agama Allah yang aku
sampaikan itu), sesungguhnya aku juga tetap berusaha dengan bersungguh-sungguh
(untuk mengembangkannya). Kamu akan ketahui siapakah yang akan didatangi azab
yang menghinakannya, dan siapa pula yang berdusta. Dan tunggulah, sesungguhnya
aku juga turut menunggu bersama-sama kamu".
Dan
ketika datang (masa perlaksanaan) perintah Kami, Kami selamatkan Nabi Syuaib
beserta dengan umatnya yang beriman, dengan rahmat dari Kami; dan orang-orang
yang zalim itu dibinasakan oleh letusan suara yang menggempakan bumi, lalu
menjadilah mereka mayat-mayat yang tersungkur di tempat masing-masing.
(Mereka
punah-ranah) seolah-olah mereka tidak pernah tinggal di situ. Ketahuilah!
kebinasaanlah akhirnya bagi penduduk Madyan, sebagaimana binasanya kaum
Thamud'. (Surah Hud, 11: Ayat 84-95)
Karena
merencanakan untuk "merajam Syu'aib" yang hanya menyeru mereka kepada
kebaikan, penduduk Madyan dihukum oleh kemurkaan Allah dan mereka pun
dibinasakan sebagaimana disebutkan dalam ayat-ayat di atas.
Penduduk
Madyan bukanlah satu-satunya contoh. Sebaliknya, sebagaimana diutarakan Syu'aib
ketika berbicara kepada kaumnya, banyak masyarakat sebelum mereka telah
dibinasakan. Dan setelah Madyan, banyak masyarakat lain juga dihancurkan oleh
kemurkaan Allah.
Pada
halaman-halaman berikut, akan diuraikan tentang masyarakat-masyarakat yang
telah dibinasakan tersebut dan sisa-sisa peninggalan mereka. Dalam Al Quran,
masyarakat-masyarakat ini disebutkan secara terperinci dan manusia diajak untuk
merenungkan dan mengambil pelajaran serta peringatan tentang bagaimana
kaum-kaum ini berakhir.
Pada titik ini, Al Quran secara khusus menunjukkan kenyataan bahwa
sebagian besar dari masyarakat yang dihancurkan tersebut memiliki tingkat
peradaban yang tinggi. Di dalam Al Quran, sifat-sifat dari kaum-kaum yang
dihancurkan dijelaskan sebagai berikut:
Firman
Allah Taala: "Dan berapa banyakkah umat-umat yang telah Kami binasakan
sebelum mereka yang mereka itu lebih besar kekuatannya daripada mereka ini,
maka mereka (yang telah dibinasakan itu) telah pernah menjajah di beberapa
negeri. Adakah (mereka) mendapat tempat lari (dari kebinasaan)?" (Surah.
Qaf, 50: Ayat 36)!
Dalam
ayat tersebut, ditekankan secara khusus 2 sifat dari kaum yang telah
dihancurkan. Pertama, mereka "lebih besar kekuatannya". Artinya,
masyarakat-masyarakat tersebut telah mencapai sistem biro-krasi-ketenteraan
yang kuat dan disiplin, dan meraih kekuasaan di wilayah mereka dengan kekuatan.
Ke-2, masyarakat-masyarakat itu mendirikan kota-kota besar yang dicirikan dengan
karya-karya architecture mereka.
Patut
diperhatikan bahwa kedua sifat ini dimiliki oleh peradaban zaman sekarang, yang
telah membentuk sebuah kebudayaan dunia yang begitu luas melalui ilmu
pengetahuan dan teknologi saat ini, serta telah mendirikan negara-negara yang
central, kota-kota besar, namun mengingkari dan mengabaikan Allah, dengan
melupakan bahwa semua itu dimungkinkan oleh kekuasan Allah.
Namun,
sebagaimana diungkapkan pada ayat di atas, peradaban yang mereka kembangkan
tidak dapat menyelamatkan masyarakat-masyarakat tersebut, karena peradaban
mereka berlandaskan pengingkaran terhadap Allah. Akhir dari peradaban saat ini
pun tidak akan berbeda, selama ia berdasarkan kepada pengingkaran dan perilaku
jahat di dunia.
Sejumlah
peristiwa penghancuran, beberapa di antaranya diceritakan dalam Al Quran, telah
dibenarkan oleh berbagai penelitian arkeologis di zaman modern. Penemuan ini
secara jelas membuktikan bahwa peristiwa-peristiwa yang dikutip dalam Al Quran
benar-benar pernah terjadi, menjelaskan perlunya "diperingatkan terlebih
dahulu" yang banyak digambarkan dalam kisah-kisah Al Quran. Allah
berfirman di dalam Al Quran bahwa penting untuk "bepergian di muka
bumi" dan "melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka".
"Kami
tidak mengutus sebelum kamu, melainkan orang laki-laki yang Kami berikan wahyu
kepadanya di antara penduduk negeri. Maka tidaklah mereka bepergian di muka
bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka (yang
mendustakan Rasul) dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik bagi
orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memikirkannya?
Sehingga apabila para Rasul tidak mempunyai harapan lagi (tentang
keimanan mereka) dan telah meyakini bahwa mereka telah didustakan, datanglah
kepada Rasul itu pertolongan Kami, lalu diselamatkanlah orang-orang yang Kami
kehendaki. Dan tidak dapat ditolak siksa Kami daripada orang-orang yang
berdosa.
Firman
Allah Taala: 'Dan tiadalah Kami mengutus Rasul - sebelummu (wahai Muhammad)
melainkan orang-orang lelaki dari penduduk bandar, yang kami wahyukan kepada
mereka. Maka mengapa orang-orang (yang tidak mahu beriman) itu tidak mengembara
di muka bumi, supaya memerhatikan bagaimana akibat orang-orang kafir yang
terdahulu dari mereka? Dan (ingatlah) sesungguhnya negeri akhirat lebih baik
bagi orang-orang yang bertaqwa. Oleh itu, mengapa kamu (wahai manusia) tidak
mahu memikirkannya'? (Surah Yusuf, 12: Ayat 109)
(Orang-orang
yang mendustakan agama Allah itu telah diberi tempoh yang lanjut sebelum
ditimpakan dengan azab) hingga apabila Rasul-rasul berputus asa terhadap
kaumnya yang ingkar dan menyangka bahawa mereka telah disifatkan oleh kaumnya
sebagai orang-orang yang berdusta, datanglah pertolongan Kami kepada mereka,
lalu diselamatkanlah sesiapa yang Kami kehendaki. Dan (ingatlah bahawa) azab
Kami tidak akan dapat ditolak oleh sesiapapun daripada menimpa kaum yang
berdosa. (Surah Yusuf, 12: Ayat 110)
Demi
sesungguhnya, kisah Nabi-nabi itu mengandungi pelajaran yang mendatangkan
iktibar bagi orang-orang yang mempunyai akal fikiran. (Kisah Nabi-nabi yang
terkandung dalam Al-Quran) bukanlah ia cerita-cerita yang diada-adakan, tetapi
ia mengesahkan apa yang tersebut di dalam Kitab-kitab agama yang terdahulu
daripadanya, dan ia sebagai keterangan yang menjelaskan tiap-tiap sesuatu,
serta menjadi hidayah petunjuk dan rahmat bagi kaum yang (mahu) beriman. (Surah
Yusuf, 12: Ayat 111)
Sesungguhnya, terdapat banyak contoh dalam kisah-kisah tentang
masyarakat di waktu lampau bagi orang-orang yang dikaruniai kefahaman.
Kehancuran mereka, yang disebabkan penentangan mereka terhadap Allah dan
penolakan terhadap perintah-perintahNya, mengungkapkan kepada kita betapa lemah
dan tidak berdayanya umat manusia di hadapan Allah. Pada halaman-halaman
berikut, kita akan mengkaji contoh-contoh tersebut dalam urutan kronologis.