Friday 16 September 2011

Madyan Part I


Note: All English verses are translations of the meanings of the Qur'an which was revealed in Arabic

God Almighty says in the Holy Quran: "By Time, Indeed, mankind is in loss, Except for those who have believed and done righteous deeds and advised each other to truth and advised each other to patience." 

Firman Allah Ta’ala: ‘Demi Masa! Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh, dan mereka pula berpesan-pesan dengan kebenaran serta berpesan-pesan dengan sabar’. (Qur'an, Al-Asr 103)


 

M a d y a n . . . 

Madyan (Arab: مدين, bahasa Ibrani: מִדְיָן) adalah sebuah tempat geografis yang disebutkan di dalam Injil dan Al-Qur'an. Madyan terletak disebelah barat laut Hijaz dipantai timur dari Teluk Aqaba dan kearah utara Laut Merah, tepatnya di daerah al-Bada'.

Negeri Madyan diambil dari nama Madyan bin Ibrahim, dari istrinya yang bernama Katurah,  kemudian menjadi nama kabilah yang terdiri dari keturunan anak cucu Madyan itu.

Katurah binti Yaqthan lahir 6 orang anak, yakni Madyan, Zamran, Saraj, Yaqsyan, Nasyaq, dan yang ke-6 belum sempat diberi nama. Sejarah singkat Bani Israel diambil dari Qishashul Anbiya oleh Ibnu Katsir.

Penduduk Aykah ini ialah kaum Nabi Allah Syu'aib Alayhis Sallam. Aykah adalah tempat yang berhutan di daerah Madyan.

Menurut sejarah Islam, penduduk Madyan telah diutus seorang Nabi sekaligus rasul yang bernama Syu'aib Alayhis Sallam.  Kemudian Nabi Allah Syu'aib bertemu dengan Nabi Allah Musa Alayhis Sallam, ketika Nabi Allah Musa kabur bersembunyi dari kejaran pasukan Fir'aun.

Kemudian Nabi Allah Musa Alayhis Sallam dikisahkan melamar anak gadisnya yang bernama Shafura binti Syu'aib Alayhis Sallam.

Didalam Qur'an penduduk Madyan disebutkan di dalam beberapa surah, di antaranya adalah At-Taubah 70, Al-Hijr 78, Thaha 40, Al-Hajj 44

9:70
Firman Allah Taala: 'Bukankah telah datang kepada mereka berita orang-orang yang terdahulu daripada mereka, iaitu kaum Nabi Nuh dan Aad dan Thamud dan kaum Nabi Ibrahim, dan penduduk negeri Madyan serta negeri-negeri yang telah dibinasakan? (Semuanya) telah datang kepada mereka Rasul-rasul mereka dengan membawa keterangan yang jelas nyata, (lalu mereka mendustakannya dan Tuhan pula membinasakan mereka); Allah tidak sekali-kali menganiaya mereka tetapi merekalah yang menganiaya diri sendiri'. (Surah At Taubah 9: Ayat 70).

15:78

Firman Allah Taala: 'Dan sebenarnya penduduk kampung "Aikah" adalah orang-orang yang berlaku zalim'. (Surah Al-Hijr 15: Ayat 78)

20:40

Firman Allah Taala: "Ketika saudara perempuanmu pergi mencarimu lalu berkata kepada orang-orang yang memungutmu:" Mahukah, aku tunjukkan kamu kepada orang yang boleh memeliharanya?"

Maka dengan jalan itu Kami mengembalikanmu kepada ibumu supaya tenang hatinya dan supaya ia tidak berdukacita kerana bercerai denganmu; dan semasa engkau membunuh seorang lelaki, lalu Kami selamatkan engkau dari kesusahan pembunuhan itu; dan Kami telah melepaskan engkau berkali-kali dari berbagai-bagai cubaan; kemudian engkau tinggal dengan selamat beberapa tahun dalam kalangan penduduk negeri Madyan; setelah itu engkau sekarang datang dari sana pada masa yang telah ditentukan, wahai Musa"! (Surah Thaha 20: Ayat 40)

22:44
Firman Allah Taala: 'Dan juga penduduk Madyan; dan Nabi Musa juga telah didustakan; maka Aku memberi tempoh kepada orang-orang kafir itu, kemudian Aku menimpakan mereka dengan azab seksa. Dengan yang demikian perhatikanlah bagaimana buruknya kesan kemurkaanKu'. (Surah Al-Hajj 22: Ayat 44)


PENDAHULUAN . . .

Firman Allah Taala: 'Bukankah telah datang kepada mereka berita orang-orang yang terdahulu daripada mereka, iaitu kaum Nabi Nuh dan Aad dan Thamud dan kaum Nabi Ibrahim, dan penduduk negeri Madyan serta negeri-negeri yang telah dibinasakan? (Semuanya) telah datang kepada mereka Rasul-rasul mereka dengan membawa keterangan yang jelas nyata, (lalu mereka mendustakannya dan Tuhan pula membinasakan mereka); Allah tidak sekali-kali menganiaya mereka tetapi merekalah yang menganiaya diri sendiri'. (Surah At Taubah 9: Ayat 70).

Risalah yang ditujukan Allah kepada manusia melalui rasul-rasul-Nya, telah sampai kepada kita sejak penciptaan manusia. Sebagian kaum menerima risalah ini dan sebagian mengingkarinya. Sering kali, dari suatu kaum yang menerima risalah tersebut, hanya sekelompok kecil mengikuti suruhan rasul.

Namun sebagian besar dari masyarakat yang telah didatangi risalah tersebut menolaknya. Mereka tidak hanya mengabaikan risalah yang disampaikan oleh rasul, namun juga berusaha melakukan perbuatan keji terhadap rasul tersebut dan para pengikutnya. Para utusan Allah tersebut biasanya dituduh sebagai "pembohong, tukang sihir, gila, dan sombong", dan pemimpin-pemimpin dari banyak kaum berusaha membunuh mereka.

Yang diinginkan oleh para Nabi dari kaumnya hanyalah kepatuhan mereka kepada Allah. Mereka tidak meminta balasan wang ataupun keuntungan dunia, tidak juga memaksa. Mereka hanya ingin mengajak kaum mereka kepada agama yang hak dan hendak memulai jalan hidup berbeda bersama para pengikutnya, terpisah dari kaum tersebut.

Apa yang telah terjadi antara Nabi Allah Syu'aib Alayhis Sallam dan penduduk Madyan di mana ia diutus, menggambarkan hubungan itu. Reaksi mereka terhadap Nabi Allah Syu'aib Alayhis Salam, yang menyeru agar mereka beriman kepada Allah dan menghentikan semua kecurangan yang mereka lakukan, serta bagaimana akhir semua itu sangatlah menarik:

11:84

11:85

11:86

11:87

11:88

11:89

11:90

11:91

11:92

11:93

11:94

Firman Allah Taala: 'Dan kepada penduduk "Madyan" Kami utuskan saudara mereka: Nabi Syuaib. Ia berkata: "Wahai kaumku! Sembahlah kamu akan Allah! (Sebenarnya) tiada Tuhan bagi kamu selain daripadaNya. Dan janganlah kamu mengurangi sukatan dan timbangan. Sesungguhnya aku melihat kamu berada dalam kemewahan; dan sesungguhnya aku bimbang, kamu akan ditimpa azab hari yang meliputi (orang-orang yang bersalah).

Dan wahai kaumku! Sempurnakanlah sukatan dan timbangan dengan adil dan janganlah kamu kurangkan manusia akan benda-benda yang menjadi haknya, dan janganlah kamu merebakkan bencana kerosakan di muka bumi.

Limpah kurnia Allah kepada kamu lebih baik bagi kamu (daripada yang kamu ambil secara haram itu), jika betul kamu orang-orang yang beriman. Dan aku bukanlah orang yang menjaga dan mengawas perbuatan kamu".

Mereka berkata: "Wahai Syuaib! Adakah sembahyangmu (yang banyak itu) menyuruhmu perintahkan kami supaya meninggalkan apa yang disembah oleh datuk nenek kami, atau supaya kami lakukannya apa yang kami suka melakukannya dalam menguruskan harta kami? Sesungguhnya engkau (wahai Syuaib) adalah orang yang penyabar, lagi bijak berakal (maka bagaimana pula engkau menyuruh kami melakukan perkara yang bertentangan dengan kebiasaan kami)?"

Nabi Syuaib berkata: "Wahai kaumku! Bagaimana fikiran kamu, jika aku berdasarkan bukti yang nyata dari Tuhanku, dan Ia pula mengurniakan daku pangkat Nabi sebagai pemberian daripadaNya, (patutkah aku berdiam diri dari melarang kamu) sedang aku tidak bertujuan hendak melakukan sesuatu yang aku melarang kamu daripada melakukannya? Aku hanya bertujuan hendak memperbaiki sedaya upayaku; dan tiadalah aku akan beroleh taufik untuk menjayakannya melainkan dengan pertolongan Allah. Kepada Allah jualah aku berserah diri dan kepadaNyalah aku kembali.

Dan wahai kaumku! Janganlah permusuhan kamu terhadapku menyebabkan kamu ditimpa bala bencana sebagaimana yang telah menimpa kaum Nabi Nuh, atau kaum Nabi Hud, atau kaum Nabi Soleh. Dan kaum Nabi Lut pun tidaklah jauh dari kamu (kamu sedia mengetahui apa yang telah menimpa mereka).

Dan mintalah ampun kepada Tuhan kamu, kemudian kembalilah taat kepadaNya. Sesungguhnya Tuhanku Maha Mengasihani, lagi Maha Pengasih".

Mereka berkata: "Wahai Syuaib,! kami tidak mengerti kebanyakan dari apa yang engkau katakan itu, dan sesungguhnya kami melihat engkau orang yang lemah dalam kalangan kami; dan jika tidaklah kerana kaum keluargamu, tentulah kami telah melemparmu (dengan batu hingga mati). Dan engkau pula bukanlah orang yang dipandang mulia dalam kalangan kami!"

Nabi Syuaib berkata: "Wahai kaumku! (Mengapa kamu bersikap demikian)? Patutkah kaum keluargaku kamu pandang lebih mulia dari pada Allah serta kamu pula jadikan perintahNya sebagai sesuatu yang dibuang dan dilupakan di belakang kamu? Sesungguhnya Tuhanku Amat Meliputi pengetahuanNya akan apa yang kamu lakukan.

"Dan wahai kaumku, buatlah sedaya upaya kamu (untuk menentang agama Allah yang aku sampaikan itu), sesungguhnya aku juga tetap berusaha dengan bersungguh-sungguh (untuk mengembangkannya). Kamu akan ketahui siapakah yang akan didatangi azab yang menghinakannya, dan siapa pula yang berdusta. Dan tunggulah, sesungguhnya aku juga turut menunggu bersama-sama kamu".

Dan ketika datang (masa perlaksanaan) perintah Kami, Kami selamatkan Nabi Syuaib beserta dengan umatnya yang beriman, dengan rahmat dari Kami; dan orang-orang yang zalim itu dibinasakan oleh letusan suara yang menggempakan bumi, lalu menjadilah mereka mayat-mayat yang tersungkur di tempat masing-masing.

(Mereka punah-ranah) seolah-olah mereka tidak pernah tinggal di situ. Ketahuilah! kebinasaanlah akhirnya bagi penduduk Madyan, sebagaimana binasanya kaum Thamud'. (Surah Hud, 11: Ayat 84-95)

Karena merencanakan untuk "merajam Syu'aib" yang hanya menyeru mereka kepada kebaikan, penduduk Madyan dihukum oleh kemurkaan Allah dan mereka pun dibinasakan sebagaimana disebutkan dalam ayat-ayat di atas.

Penduduk Madyan bukanlah satu-satunya contoh. Sebaliknya, sebagaimana diutarakan Syu'aib ketika berbicara kepada kaumnya, banyak masyarakat sebelum mereka telah dibinasakan. Dan setelah Madyan, banyak masyarakat lain juga dihancurkan oleh kemurkaan Allah.

Pada halaman-halaman berikut, akan diuraikan tentang masyarakat-masyarakat yang telah dibinasakan tersebut dan sisa-sisa peninggalan mereka. Dalam Al Quran, masyarakat-masyarakat ini disebutkan secara terperinci dan manusia diajak untuk merenungkan dan mengambil pelajaran serta peringatan tentang bagaimana kaum-kaum ini berakhir.

Pada titik ini, Al Quran secara khusus menunjukkan kenyataan bahwa sebagian besar dari masyarakat yang dihancurkan tersebut memiliki tingkat peradaban yang tinggi. Di dalam Al Quran, sifat-sifat dari kaum-kaum yang dihancurkan dijelaskan sebagai berikut:

50:36

Firman Allah Taala: "Dan berapa banyakkah umat-umat yang telah Kami binasakan sebelum mereka yang mereka itu lebih besar kekuatannya daripada mereka ini, maka mereka (yang telah dibinasakan itu) telah pernah menjajah di beberapa negeri. Adakah (mereka) mendapat tempat lari (dari kebinasaan)?" (Surah. Qaf, 50: Ayat 36)!

Dalam ayat tersebut, ditekankan secara khusus 2 sifat dari kaum yang telah dihancurkan. Pertama, mereka "lebih besar kekuatannya". Artinya, masyarakat-masyarakat tersebut telah mencapai sistem biro-krasi-ketenteraan yang kuat dan disiplin, dan meraih kekuasaan di wilayah mereka dengan kekuatan. Ke-2, masyarakat-masyarakat itu mendirikan kota-kota besar yang dicirikan dengan karya-karya architecture mereka.

Patut diperhatikan bahwa kedua sifat ini dimiliki oleh peradaban zaman sekarang, yang telah membentuk sebuah kebudayaan dunia yang begitu luas melalui ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, serta telah mendirikan negara-negara yang central, kota-kota besar, namun mengingkari dan mengabaikan Allah, dengan melupakan bahwa semua itu dimungkinkan oleh kekuasan Allah.

Namun, sebagaimana diungkapkan pada ayat di atas, peradaban yang mereka kembangkan tidak dapat menyelamatkan masyarakat-masyarakat tersebut, karena peradaban mereka berlandaskan pengingkaran terhadap Allah. Akhir dari peradaban saat ini pun tidak akan berbeda, selama ia berdasarkan kepada pengingkaran dan perilaku jahat di dunia.

Sejumlah peristiwa penghancuran, beberapa di antaranya diceritakan dalam Al Quran, telah dibenarkan oleh berbagai penelitian arkeologis di zaman modern. Penemuan ini secara jelas membuktikan bahwa peristiwa-peristiwa yang dikutip dalam Al Quran benar-benar pernah terjadi, menjelaskan perlunya "diperingatkan terlebih dahulu" yang banyak digambarkan dalam kisah-kisah Al Quran. Allah berfirman di dalam Al Quran bahwa penting untuk "bepergian di muka bumi" dan "melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka".

"Kami tidak mengutus sebelum kamu, melainkan orang laki-laki yang Kami berikan wahyu kepadanya di antara penduduk negeri. Maka tidaklah mereka bepergian di muka bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka (yang mendustakan Rasul) dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memikirkannya?

Sehingga apabila para Rasul tidak mempunyai harapan lagi (tentang keimanan mereka) dan telah meyakini bahwa mereka telah didustakan, datanglah kepada Rasul itu pertolongan Kami, lalu diselamatkanlah orang-orang yang Kami kehendaki. Dan tidak dapat ditolak siksa Kami daripada orang-orang yang berdosa.

12:109

12:110

12:111

Firman Allah Taala: 'Dan tiadalah Kami mengutus Rasul - sebelummu (wahai Muhammad) melainkan orang-orang lelaki dari penduduk bandar, yang kami wahyukan kepada mereka. Maka mengapa orang-orang (yang tidak mahu beriman) itu tidak mengembara di muka bumi, supaya memerhatikan bagaimana akibat orang-orang kafir yang terdahulu dari mereka? Dan (ingatlah) sesungguhnya negeri akhirat lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Oleh itu, mengapa kamu (wahai manusia) tidak mahu memikirkannya'? (Surah Yusuf, 12: Ayat 109)

(Orang-orang yang mendustakan agama Allah itu telah diberi tempoh yang lanjut sebelum ditimpakan dengan azab) hingga apabila Rasul-rasul berputus asa terhadap kaumnya yang ingkar dan menyangka bahawa mereka telah disifatkan oleh kaumnya sebagai orang-orang yang berdusta, datanglah pertolongan Kami kepada mereka, lalu diselamatkanlah sesiapa yang Kami kehendaki. Dan (ingatlah bahawa) azab Kami tidak akan dapat ditolak oleh sesiapapun daripada menimpa kaum yang berdosa. (Surah Yusuf, 12: Ayat 110)

Demi sesungguhnya, kisah Nabi-nabi itu mengandungi pelajaran yang mendatangkan iktibar bagi orang-orang yang mempunyai akal fikiran. (Kisah Nabi-nabi yang terkandung dalam Al-Quran) bukanlah ia cerita-cerita yang diada-adakan, tetapi ia mengesahkan apa yang tersebut di dalam Kitab-kitab agama yang terdahulu daripadanya, dan ia sebagai keterangan yang menjelaskan tiap-tiap sesuatu, serta menjadi hidayah petunjuk dan rahmat bagi kaum yang (mahu) beriman. (Surah Yusuf, 12: Ayat 111)

Sesungguhnya, terdapat banyak contoh dalam kisah-kisah tentang masyarakat di waktu lampau bagi orang-orang yang dikaruniai kefahaman. Kehancuran mereka, yang disebabkan penentangan mereka terhadap Allah dan penolakan terhadap perintah-perintahNya, mengungkapkan kepada kita betapa lemah dan tidak berdayanya umat manusia di hadapan Allah. Pada halaman-halaman berikut, kita akan mengkaji contoh-contoh tersebut dalam urutan kronologis.



SOLUTION: *Poverty Killer *Recession Killer  *Global Peace 
Be the First! JOIN 1WORLDCommunityForYOURCountry
Remember: 'U' Do Not Ask WHY 'U' Ask Why Not'